Kamis, 19 Januari 2012

Mencari Mutiara di Laut Pulau Maya Karimata

Bangunan laboratorium sekolah yang sederhana.
Ternyata daerah Pulau Maya Karimata, sebuah kecamatan di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantam Barat, sedikit orang kenal dengan nama itu. Orang-orang yang satu kabupaten saja agak takut dengan sebutan itu.

Ini terbukti tidak sedikit pegawai negeri sipil (PNS) yang takut pergi ke Pulau Maya. Bahkan ada yang dapat Surat Keputusan Bupati saja yang seharusnya tugas di situ namun tidak pernah pergi karna takut dengan laut.

Nah saya hanya sedikit bercerita tentang kondisi sebuah kecamatan Pulau Maya atau orang mengenal dengan Danjung Satai, yang konon katanya penghasil ikan terbesar nomor 2 di Indonesia setelah Bagan Apai-apai.

Kondisi kepulauan seperti Pulau Maya, sangat berat untuk dikembangkan kalau kita tidak memahami kondisi fisik wilayah tersebut. Pulau Maya terletak antara Pulau Kalimantan dengan Pulau Sumatera. Namun secara geografis termasuk propinsi Kalbar terletak di Kabupaten Kayong Utara (KKU).

Ini merupakan kecamatan yang cukup tua di Kabupaten Ketapang sebelum pemekaran KKU. Sementara KKU sendiri memiliki 6 kecamatan, setelah Kepulauan Karimata memisahkan diri dari Kecamatan Pulau Maya. Kecamatan yang termasuk KKU adalah Seponti Jaya, Teluk Batang, Melano, Sukadana, Pulau Maya dan Karimata. Penduduk Pulau Maya rata memiliki mata pencarian nelayan dan petani.

Secara pendidikan di antara 5 kecamatan lama, Pulau Maya-lah yang secara SDM-nya agak sedikit dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Sehingga untuk mengembangkan Pulau Maya sendiri, orang agak canggung karena kesulitan transportasi laut. Namun setelah pemekaran kabupaten, kondisi Pulau Maya mengalami kemajuan.

Contoh tahun 2010 ada 2 siswa SMK Pulau Maya yang mendapatkan beasiswa dan tanpa tes dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Ini artinya kita diibaratkan "mencari mutiara di tengah laut".

Kondisi masyarakat yang rata-rata petani dan nelayan ternyata ada yang memilki kemampuan yang luar biasa secara intelektual. Siswa inilah yang dianggap sebagai "mutiara dalam lautan" karna susahnya mendapatkan pendidikan gratis sebelumnya.

Mereka bukan tidak bisa bersaing dengan orang di kota. Tetapi kondisi transportasi dan komunikasi yang kurang lancarlah yang membuat mereka kurang terpublikasi.

Kini laut hasil kekayaan dan ikan sudah mulai tidak ada lagi, sehingga mereka banyak mecari dan berubah pola pikir untuk sekolah. Karena sekolah sudah difasilitasi oleh Pemda. (Benyamin Mali)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar