Rabu, 25 Januari 2012

Serunya Perlombaan di Acara Ulang Tahun Sekolah Kami

Saya ketika menyerahkan hadiah.
Dalam rangka dies natalis yang ke-30 tahun, SMPN 01 Pulau Maya Karimata, Kabupaten Kayong Utara (KKU), Provinsi Kalimantan Barat, panitia penyelenggara mengadakan beberapa pertandingan dan perlombaan. Pertandingan yang dilombakan diantaranya adalah: sepak bola, voly putra dan putri, takrau, basket dan polo air untuk perempuan.

Sedangkan perlombaan yaitu: lari 1 km, cerdas cermat, karauke. Adapun peserta yang diundang adalah SMPN 03 Pulau Maya yang terletak di Kemboja, Mts 01 Pulau Maya.

Pertandingan yang banyak penontonnya adalah polo air perempuan, Jumlah penonton bukan saja dari kalangan siswa tetapi dari masyarakat umum juga turut menyaksikan.

Pertandingan antara smpn 01 pulau maya dan smpn 03 pulau maya yang paling ditunggu-tunggu. Pasalnya dianggap derbi (satu kota) tetapi beda desa. Namun karna smpn 03 pecahan dari smpn 01 maka pertandingan seru sekali.

Beberapa aksi permainan yang dilakukan kedua tim menunjukan peporma terbaiknya, namun pertandingan tersebut sportifitas dan profesional tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Kami sebagai panitia siap dalam mengantisipasi hal yang tidak diinginkan," ungkap Lestari Ketua Panitia Polo Air.

Kedudukan dalam waktu normal sama yaitu 3-3 sehinngga perpanjangan waktu dan akhirnya dimenangkan oleh smpn 01 pulau maya pada menit-menit akhir.

Ulang tahun smpn 01 pulau maya itu sendiri jatuh pada tanggal 20 Desember. Namun dilaksanakan setelah tahun baru 2012 karena berbenturan dengan ulangan semester. Walaupun waktu sudah lewat tetapi suasana pertandingan tetap meriah.
Perlombaan juga sangat seru dimana masing-masing perwakilan dari sekolah ada 6 orang jadi jumlahnya 18 peserta baik pria maupun wanita. Mereka menampilkan suara-suara yang cukup berkelas sehingga dewan juri sulit menilai.

Namun dalam suatu perlombaan tetaplah ada pemenang. Untuk pemenang karoke putri dari smpn 03 juara 1 atas nama laila dengan lagu alamat palsu lagu yang biasa dipolulerkan Ayu Tingting.

Dewan juri yang menilai salah satunya saya sendiri dan 2 dua teman juri lainnya memberikan nilai 87 untuk laila dengan berbagai karakter yang ia tampilkan. Dies natalis smpn 01 pulau maya ini memang segaja mengundang dari smpn lain agar menjalin hubungan kekeluargaan sesama siswa dan guru di pulau maya. (Benyamin Mali)

Kamis, 19 Januari 2012

Mencari Mutiara di Laut Pulau Maya Karimata

Bangunan laboratorium sekolah yang sederhana.
Ternyata daerah Pulau Maya Karimata, sebuah kecamatan di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantam Barat, sedikit orang kenal dengan nama itu. Orang-orang yang satu kabupaten saja agak takut dengan sebutan itu.

Ini terbukti tidak sedikit pegawai negeri sipil (PNS) yang takut pergi ke Pulau Maya. Bahkan ada yang dapat Surat Keputusan Bupati saja yang seharusnya tugas di situ namun tidak pernah pergi karna takut dengan laut.

Nah saya hanya sedikit bercerita tentang kondisi sebuah kecamatan Pulau Maya atau orang mengenal dengan Danjung Satai, yang konon katanya penghasil ikan terbesar nomor 2 di Indonesia setelah Bagan Apai-apai.

Kondisi kepulauan seperti Pulau Maya, sangat berat untuk dikembangkan kalau kita tidak memahami kondisi fisik wilayah tersebut. Pulau Maya terletak antara Pulau Kalimantan dengan Pulau Sumatera. Namun secara geografis termasuk propinsi Kalbar terletak di Kabupaten Kayong Utara (KKU).

Ini merupakan kecamatan yang cukup tua di Kabupaten Ketapang sebelum pemekaran KKU. Sementara KKU sendiri memiliki 6 kecamatan, setelah Kepulauan Karimata memisahkan diri dari Kecamatan Pulau Maya. Kecamatan yang termasuk KKU adalah Seponti Jaya, Teluk Batang, Melano, Sukadana, Pulau Maya dan Karimata. Penduduk Pulau Maya rata memiliki mata pencarian nelayan dan petani.

Secara pendidikan di antara 5 kecamatan lama, Pulau Maya-lah yang secara SDM-nya agak sedikit dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Sehingga untuk mengembangkan Pulau Maya sendiri, orang agak canggung karena kesulitan transportasi laut. Namun setelah pemekaran kabupaten, kondisi Pulau Maya mengalami kemajuan.

Contoh tahun 2010 ada 2 siswa SMK Pulau Maya yang mendapatkan beasiswa dan tanpa tes dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Ini artinya kita diibaratkan "mencari mutiara di tengah laut".

Kondisi masyarakat yang rata-rata petani dan nelayan ternyata ada yang memilki kemampuan yang luar biasa secara intelektual. Siswa inilah yang dianggap sebagai "mutiara dalam lautan" karna susahnya mendapatkan pendidikan gratis sebelumnya.

Mereka bukan tidak bisa bersaing dengan orang di kota. Tetapi kondisi transportasi dan komunikasi yang kurang lancarlah yang membuat mereka kurang terpublikasi.

Kini laut hasil kekayaan dan ikan sudah mulai tidak ada lagi, sehingga mereka banyak mecari dan berubah pola pikir untuk sekolah. Karena sekolah sudah difasilitasi oleh Pemda. (Benyamin Mali)

Selasa, 17 Januari 2012

Muatan Lokal, Siswa Belajar Budaya Melayu dan Dayak

Para siswa saya saat mengikuti mulok.
Para siswa kelas VIII SMPN 01 Pulau Maya Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat belajar budaya Melayu dan Dayak. Di Desa Tanjung Satai, budaya kedua etnis ini masuk dalam pelajaran muatan lokal (mulok).

Dan pelajaran mulok ini bagi siswa SMP bukanlah asing. Apalagi sekarang mereka belajar tentang adat yang agak detail. Pelajaran sudah semakin spesifik pada hukum adat Dayak Simpakng dan adat Melayu.

Tujuan dari belajar hukum adat tersebut menambah wawasan siswa yang sebelumnya hanya belajar sekilas. Buku mulok adat dan hukum Dayak Simpakgn berisi tentang kumpulan hukum adat Dayak Simpank yang ditulis secara diakronis (berurutan) oleh Agustinus Alibata, S.Pd, M.Si. dkk, mulai dari seseorang lahir sampai meninggal. Buku ini ditulis agar setiap pembacanya dengan mudah mengikuti tahapan hukum adat sepanjang rentang kehidupan manusia.

Demikian pula dengan adat Melayu yang diajarkan kepada siswa kelas dua SMPN 01 PMK ini bertujuan agar adat Melayu tidak punah dan tetap dipertahankan dengan baik. Walaupun sekarang ini, adat istiadat dinilai seolah-olah tidak relevan lagi bagi anak muda.

Bahkan ada yang beranggapan kalau belajar tentang adat sudah ketinggalan zaman. Melihat kondisi seperti ini Guru-guru SMPN 01 Kecamatan Pulau Maya Karimata setuju pelestarian budaya dan hukum adat perlu ditingkatkan seiring dengan kemajuan tekhnologi yang semakin berkembang. (Benyamin Mali)

Jumat, 13 Januari 2012

Sekolah Serba Gratis di Kabupaten Baru

Saya berpose di depan kelas.
Program Pemda Kabupaten Kayong Utara (KKU) memberikan pendidikan gratis dan kesehatan gratis berdampak positif bagi masyarakat Kecamatan Pulau Maya. Pasalnya selama ini masyarakat sedikit punya kesempatan untuk memperoleh pendidikan gratis dan kesehatan.

Munculnya sosok Hildi Hamid sebagai Bupati pertama KKU membawa perubahan yang signifikan. Dulu masyarakat susah sekolah, sekarang tidak ada lagi untuk tidak bersekolah, karena dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) gratis semua tanpa bayar.

Pendidikan gratis itu bukan hanya sebagai ucapan belaka namun realita. Para siswa datang ke sekolah dapat diartikan tanpa uang sepersenpun. Mulai dari baju seragam, batik, dan pramuka, mereka diberikan oleh pihak sekolah yang tentu saja petunjuk teknis (juknis)-nya dari Pemda.

Tidak hanya dari situ, mereka berhak mendapatkan beasiswa dari pemerintah pusat, sehingga secara otomatis kondisi masyarakat sangat terbantu.

Pelayanan kesehatan juga demikian. Semua mendapat pelayanan prima dan para pegawai memberikan pelayanan yang profesional walaupun semua gratis. Masyarakat diberi pelayanan kesehatan gratis dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) tanpa bayar apapun.

Program pemeritah ini dapat diibaratkan dua sisi mata uang logam. Kesehatan dan pendidikan harus seimbang. Kalau masyarakat sehat, maka kemauan sekolah tentu tinggi atau sebaliknya pendidikan memadai dapat memahami arti kesehatan itu sendiri. (Benyamin Mali)

Rabu, 11 Januari 2012

Berkarya di Pedalaman Negeri

Saya (tengah) bersama Nasin (kanan), usai upacara.
Sebelumnya tidak terbayangkan bagi saya untuk mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik di pedalaman negeri. Namun barangkali memang inilah panggilan hidup saya. Setelah menempuh pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saya kembali ke kampung halaman di borneo, Kalimantan Barat.

Bukan di perkotaan, melainkan di kawasan pedalaman. Setelah beberapa tahun bekerja di sektor swasta, saya akhirnya mencoba melamar menjadi pegawai negeri sipil. Saya diterima dan ditugaskan untuk mengajar di Desa Tanjung Satai, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara. Tugas ini saya terima dengan penuh syukur, meski banyak sekali rintangan dan hambatan.

Bertugas di pedalaman, tentu saja membuat banyak hal menjadi terbatas. Saya sangat kesulitan mengakses informasi baru, seperti surat kabar maupun buku-buku terbitan baru. Maklum, lokasi tempat saya bertugas relatif terisolir dari perkotaan.

Tapi hal ini justru membuat saya bersemangat. Saya berjumpa dengan banyak orang dan kenalan baru, dan kami saling mendukung. Selain itu, suasana alami yang masih cukup hijau, membuat kehidupan menjadi segar. Semoga saya mampu untuk terus menjalani panggilan tugas ini.

Salam untuk para Oemar Bakrie di seluruh pelosok negeri. Salam hijau dan lestari dari pedalaman Borneo. (Benyamin Mali).